Rabu, 19 Desember 2018

Assalamualaikum Warahmatulahi Wabarakatuh, Puji syukur kepada tuhan kita Allah yang maha esa dengan segala keagungannya yang memberikan kita rahmatnya, karenanya kita dapat membuat dan mengoreksi tugas ke-duabelas mata kuliah islam ini. Yaitu Manusia sebagai makhluk moral.


Kata Moral berasal dari Bahasa Latin Moralitas, adalah istilah manusia menyebut ke manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang memiliki nilai positif. Manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia lainnya. Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia. Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses sosialisasi individu, tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi. Moral dalam zaman sekarang memiliki nilai implisit karena banyak orang yang memiliki moral atau sikap amoral itu dari sudut pandang yang sempit. Moral itu sifat dasar yang diajarkan di sekolah-sekolah dan manusia harus memiliki moral jika ia ingin dihormati oleh sesamanya.

Manusia sebagai makhluk moral yang mendiami ruang spiritual ditandai dengan kemampuannya memahami, merasakan, dan memberi respon terhadap fakta-fakta moral. Fakta-fakta moral ini dapat kita pahami melalui sebuah fakultas yang disebut kesadaran moral. Ciri utama manusia moral ialah kemampuannya untuk bertindak berdasarkan prinsip-prinsip moral, bukan oleh emosi atau naluri.

Ketangguhan moral dan karakter yang berkembang menuju keilahian, ditingkat kerja, menghasilkan kinerja-kinerja berskala dunia atau sukses berskala peradaban.

Dalam islam moral dikenal sebagai Akhlak yang mana akhlak atau moral ini digunakan manusia dalam berhubungan terhadap Tuhannya , makhluk lain dan alam sekitarnya.maka oleh sebab itu manusia juga disebut sebagai mahkluk yang bermoral. Moral merupakan aturan berperilaku tentang sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan.


moral dalam diri manusia ialah kebutuhan pokok yang menunjang keharmonisan dalam suatu kehidupan. Dan Nabi Muhammad bersabda” Sebaik-baiknya manusia ialah yang berkhlak (terpuji) dan dari inilah bagaimana ummat manusia harus belajar kembali kepada  siapakah kita berkiblat dalam mencontoh akhlak atau moral yang akan kita aplikasikan dikehidupan ini terutama hubungan terhadap Tuhan dan hubungan terhadap manusia serta makhluk lain dan alam sekitar.

sebagai penutup saya akan menyampaikan banyak terimakasih bagi siapapun yang membaca artikel tugas saya ini, dan saya akan sangat bersyukur jika ada salah-satu dari anda yang akan mengoreksi "jika" dalam artikel tugas ini terdapat suatu yang salah... Semoga Artikel tugas ini membantu saya dan yang membaca mendapatkan apa yang kita inginkan dengan ridho' Allah swt. Akhir kata Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Artikel ini dikutip dari :
https://fatih2606.blogspot.com
http://hendracuet19.blogspot.com/2016/12/manusia-sebagai-makhluk-moral.html?m=1
http://yusuffaisal1997.blogspot.com/2016/12/manusia-sebagai-makhluk-moral.html?m=1
Assalamualaikum Warahmatulahi Wabarakatuh, Puji syukur kepada tuhan kita Allah yang maha esa dengan segala keagungannya yang memberikan kita rahmatnya, karenanya kita dapat membuat dan mengoreksi tugas ke-sebelas mata kuliah islam ini. Yaitu Sejarah Peringatan Maulid Nabi Muhammad.

Maulid Nabi Muhammad SAW kadang-kadang disebut Maulid Nabi atau Maulud saja Arab : مولد النبي‎, Mawlid an-Nabī adalah peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW, yang di Indonesia perayaannya jatuh pada setiap tanggal 12 Rabiul awwal dalam penanggalan Hijriah. Kata maulid atau milad dalam bahasa Arab berarti hari lahir. Perayaan Maulid Nabi merupakan tradisi yang berkembang di masyarakat Islam jauh setelah Nabi Muhammad Saw wafat. Secara subtansi, peringatan ini adalah ekspresi kegembiraan dan penghormatan kepada Nabi Muhammad.

Peringatan Maulid Nabi pertama kali dilakukan oleh Raja Irbil (wilayah Irak sekarang), bernama Muzhaffaruddin Al-Kaukabri, pada awal abad ke 7 Hijriyah.

Dijelaskan oleh Sibth Ibn Al-Jauzi bahwa dalam peringatan tersebut, Sultan Al-Muzhaffar mengundang seluruh rakyatnya dan seluruh ulama dari berbagai disiplin ilmu, baik ulama dalam bidang ilmu Fiqh, ulama hadits, ulama dalam bidang ilmu kalam, ulama usul, para ahli tasawuf, dan lainnya. Sejak tiga hari, sebelum hari pelaksanaan Maulid Nabi, dia telah melakukan berbagai persiapan. Ribuan kambing dan unta disembelih untuk hidangan para hadirin yang akan hadir dalam perayaan Maulid Nabi tersebut. Segenap para ulama saat itu membenarkan dan menyetujui apa yang dilakukan oleh Sultan Al-Muzhaffar tersebut. Mereka semua berpandangan dan menganggap baik perayaan Maulid Nabi yang digelar untuk pertama kalinya itu.

semenjak zaman Sultan Al-Muzhaffar dan zaman selepasnya hingga sampai sekarang ini para ulama dan tokoh-tokoh mengangap bahwa perayaan Maulid Nabi adalah sesuatu yang baik. Para ulama terkemuka dan Huffazh Al-Hadis telah menyatakan demikian.

Para ahli sejarah, seperti Ibn Khallikan, Sibth Ibn Al-Jauzi, Ibn Kathir, Al-Hafizh Al-Sakhawi, Al-Hafizh Al-Suyuthi dan lainnya telah sepakat menyatakan bahwa orang yang pertama kali mengadakan peringatan maulid adalah Sultan Al-Muzhaffar. Namun juga terdapat pihak lain yang mengatakan bahwa Sultan Salahuddin Al-Ayyubi adalah orang yang pertama kali mengadakan Maulid Nabi. Sultan Salahuddin pada kala itu membuat perayaan Maulid dengan tujuan membangkitkan semangat umat islam yang telah padam untuk kembali berjihad dalam membela islam pada masa Perang Salib.


Ahmad bin ‘Abdul Halim Al Haroni rahimahullah mengatakan,

صَلَاحِ الدِّينِ الَّذِي فَتَحَ مِصْرَ ؛ فَأَزَالَ عَنْهَا دَعْوَةَ العبيديين مِنْ الْقَرَامِطَةِ الْبَاطِنِيَّةِ وَأَظْهَرَ فِيهَا شَرَائِعَ الْإِسْلَامِ

Artinya:

“Sholahuddin-lah yang menaklukkan Mesir. Dia menghapus dakwah ‘Ubaidiyyun yang menganut aliran Qoromithoh Bathiniyyah (aliran yang jelas sesatnya, pen). Shalahuddin-lah yang menghidupkan syari’at Islam di kala itu.”

Dalam perkataan lainnya, Ahmad bin ‘Abdul Halim Al Haroni rahimahullah mengatakan,

فَتَحَهَا مُلُوكُ السُّنَّة مِثْلُ صَلَاحِ الدِّينِ وَظَهَرَتْ فِيهَا كَلِمَةُ السُّنَّةِ الْمُخَالِفَةُ لِلرَّافِضَةِ ثُمَّ صَارَ الْعِلْمُ وَالسُّنَّةُ يَكْثُرُ بِهَا وَيَظْهَرُ

Artinya:

“Negeri Mesir kemudian ditaklukkan oleh raja yang berpegang teguh dengan Sunnah yaitu Shalahuddin. Dia yang menampakkan ajaran Nabi yang shahih di kala itu, berseberangan dengan ajaran Rafidhah (Syi’ah). Pada masa dia, akhirnya ilmu dan ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam semakin terbesar luas.”

Sumber lain mengatakan perayaan Maulid yang sebenarnya diprakarsai oleh Dinasti Fatimiyyun sebagaimana dinyatakan oleh banyak ahli sejarah. Berikut perkataan ahli sejarah mengenai Maulid Nabi.


sebagai penutup saya akan menyampaikan banyak terimakasih bagi siapapun yang membaca artikel tugas saya ini, dan saya akan sangat bersyukur jika ada salah-satu dari anda yang akan mengoreksi "jika" dalam artikel tugas ini terdapat suatu yang salah... Semoga Artikel tugas ini membantu saya dan yang membaca mendapatkan apa yang kita inginkan dengan ridho' Allah swt. Akhir kata Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Artikel ini dikutip dari :
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Maulid_Nabi_Muhammad

 Assalamualaikum Warahmatulahi Wabarakatuh, Puji syukur kepada tuhan kita Allah yang maha esa dengan segala keagungannya yang memberikan kita rahmatnya, karenanya kita dapat membuat dan mengoreksi tugas ke-sepuluh mata kuliah islam ini. Yaitu Manusia sebagai makhluk budaya.

         Manusia diciptakan Allah sebagai makhluk tertinggi dan paling beradab dibandingkan dengan ciptaan Allah yang lainnya. Manusia mempunyai tingkatan lebih tinggi lagi dalam berfikir, karena mempunyai akal fikiran yang dapat memperhitungkan tindakannya melalui proses belajar secara terus-menerus. Sedangkan budaya berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan jamak dari budhi atau akal. Sehingga manusia dikatakan sebagai makhluk berbudaya karena memiliki akal.

        Kebudayaan merupakan keseluruhan yang utuh yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat, serta kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan yang meliputi sistem, gagasan atau ide yang terdapat dalam manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan berupa benda-benda yang diciptakannya, perilaku, seni dan lain sebagainya, yang didapat melalui penelitian.

  Oleh karena itu untuk menjadi manusia yang berbudaya, kita harus memiliki ilmu pengetahuan, teknologi, budaya, serta akhlak yang tinggi sebagai sesuatu yang saling bersinergi. Sehingga kita mampu menjaga tanggung jawab kita sebagai khalifah di bumi, dan tidak hanya sebagai pembawa kehancuran di muka bumi ini. Peran manusia sebagai makhluk yang diberi kelebihan dalam segala hal yakni agar dapat memanfaatkan segala fasilitas yang disediakan oleh Allah melalui alam ini. Namun, perlu diketahui bahwa kebudayaan akan bernilai apabila manusia mampu melaksanakan norma yang ada sesuai dengan aturan atau syari’at agama. Ajaran Islam yang demikian telah mendorong umatnya untuk mengerahkan segala daya dan upaya bagi kebaikan dan kesejahteraan umat manusia dalam memperoleh segala fasilitas Allah termasuk dalam pengembangan kebudayaan.

Oleh karena itu manusia harus menguasai segala sesuatu yang berhubungan dengan kekhalifahannya disamping tanggung jawab dan etika moral harus dimiliki. Masalah moral adalah yang terpenting, karena sebagaimana Syauqi Bey katakan:

إنّما الأمم الأخلاق مابقيت فإنهمو ذهبت أخلاقهم ذهبوا

Artinya: “Kekalnya suatu bangsa ialah selama akhlaknya kekal, jika akhlaknya sudah lenyap, musnah pulalah bangsa itu”.
Akhlak dalam syair di atas menjadi penyebab punahnya suatu bangsa, dikarenakan jika akhlak suatu bangsa sudah terabaikan, maka peradaban dan budaya bangsa tersebut akan hancur dengan sendirinya. Oleh karena itu untuk menjadi manusia yang berbudaya, harus memiliki ilmu pengetahuan, tekhnologi, budaya dan industrialisasi serta akhlak yang tinggi (tata nilai budaya) sebagai suatu kesinambungan yang saling bersinergi.
Hommes mengemukakan bahwa, informasi IPTEK yang bersumber dari sesuatu masyarakat lain tak dapat lepas dari landasan budaya masyarakat yang membentuk informasi tersebut. Karenanya di tiap informasi IPTEK selalu terkandung isyarat-isyarat budaya masyarakat asalnya. Selanjutnya dikemukakan juga bahwa, karena perbedaan-perbedaan tata nilai budaya dari masyarakat pengguna dan masyarakat asal teknologinya, isyarat-isyarat tersebut dapat diartikan lain oleh masyarakat penerimanya.
Disinilah peran manusia sebagai makhluk yang diberi kelebihan dalam segala hal, untuk dapat memanfaatkan segala fasilitas yang disediakan oleh Allah SWT melalui alam ini. Sehingga dengan alam tersebut manusia dapat membentuk suatu kebudayaan yang bermartabat dan bernilai tinggi. Namun perlu digarisbawahi bahwa setiap kebudayaan akan bernilai tatkala manusia sebagai masyarakat mampu melaksanakan norma-norma yang ada sesuai dengan tata aturan agama.





sebagai penutup saya akan menyampaikan banyak terimakasih bagi siapapun yang membaca artikel tugas saya ini, dan saya akan sangat bersyukur jika ada salah-satu dari anda yang akan mengoreksi "jika" dalam artikel tugas ini terdapat suatu yang salah... Semoga Artikel tugas ini membantu saya dan yang membaca mendapatkan apa yang kita inginkan dengan ridho' Allah swt. Akhir kata Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Artikel ini dikutip dari :
https://ridwan202.wordpress.com/2008/10/16/manusia-sebagai-makhluk-budaya/
http://rizkahidayanty.blogspot.com/2015/12/manusia-makhluk-budaya.html?m=0
  Assalamualaikum Warahmatulahi Wabarakatuh, Puji syukur kepada tuhan kita Allah yang maha esa dengan segala keagungannya yang memberikan kita rahmatnya, karenanya kita dapat membuat dan mengoreksi tugas ke-sembilan mata kuliah islam ini. Yaitu Pendidikan sepanjang hayat dalam konsep Islam.

Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi tiap muslim baik itu laki-laki maupun perempuan dan merupakan media pedidikan yang harus terus dijalani sepanjang hayatnya. Dengan iman dan ilmu pengetahuan Allah swt akan meninggikan derajat seorang muslim, sebagimana firman-NYA :Allah SWT berfirman:
يٰۤاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اِذَا قِيْلَ لَـكُمْ تَفَسَّحُوْا فِى الْمَجٰلِسِ فَافْسَحُوْا يَفْسَحِ اللّٰهُ لَـكُمْ   ۚ  وَاِذَا قِيْلَ انْشُزُوْا فَانْشُزُوْا يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْ  ۙ  وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍ   ۗ  وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ
"Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan."
Pada tataran iman, manusia sejak awal penciptaannya telah diberkahi oleh Allah dan janji dirinya dengan tauhid. Allah SWT berfirman dalam surat Al-A’Raf ayat 172:
Artinya:
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku Ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap Ini (keesaan Tuhan)". (Q.S. al-A’raf :172).[10]

Kesaksian atas ketauhidan Allah ini terjadi pada saat manusia masih dalam kandungan. Oleh karenanya, sangatlah rasional jika dikemukakan bahwa manusia sama sekali tidak ingat dengan kejadian penting tersebut. Sehingga Rasulullah mengingatkan tentang keharusan adanya pendidikan yang harus dilakukan oleh orang tua. Rasulullah SAW. bersabda:
Artinya:  
Setiap anak diahirkan dalam keadaan suci (benar aqidahnya), kemudian kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi atau Nasrani”. (HR. Bukhari).[11]

Islam memandang bahwa pendidikan adalah hak bagi semua orang (education for all), baik itu laki-laki maupun perempuan, dan berlangsung sepanjang hayat (long life education). Rasulullah SAW bersabda:
مِنَالْمَهْداِلىَاللَّهْدِأُطْلُبُوالْعِلْم
“Tuntutlah ilmu sejak dari buaian sampai liang lahat” Hadits tersebut menjadi dasar dari ungkapan “Long life education” atau pendidikan seumur hidup. Kehidupan didunia ini rupanya tidak sepi dari kegiatan belajar, sejakmulailahirsampaihidupiniberakhir. Dalam islam pendidikan telah memiliki rumusan yang jelas baik itu dalam bidang tujuan, kurikulum, guru, metode, sarana, dan lain sebagainya. Semua aspek yang berkaitan dengan pendidikan ini dapat dipahami dari kandungan surat Al-Alaq. Didalam Al-Qur’an dapat dijumpai berbagai metode pendidikan seperti metode ceramah, tanay jawab, diskusi, nasihat, demonstrasi, penugasan, teladan, pembiasaan, karya wiasata dan lain sebagainya. Beberpa metode tersebut dapat digunakan sesuai dengan materi yang diajarkan, dan dimaksudkan demikian agar pendidikan tidak membosankan anak didik. 
sebagai penutup saya akan menyampaikan banyak terimakasih bagi siapapun yang membaca artikel tugas saya ini, dan saya akan sangat bersyukur jika ada salah-satu dari anda yang akan mengoreksi "jika" dalam artikel tugas ini terdapat suatu yang salah... Semoga Artikel tugas ini membantu saya dan yang membaca mendapatkan apa yang kita inginkan dengan ridho' Allah swt. Akhir kata Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Artikel ini dikutip dari :
https://vifgan.wordpress.com/2013/10/24/pendidikan-sepanjang-hayat/
http://materiilmuku.blogspot.com/2017/07/konsep-pendidikan-sepanjang-hayat.html?m=1
  Assalamualaikum Warahmatulahi Wabarakatuh, Puji syukur kepada tuhan kita Allah yang maha esa dengan segala keagungannya yang memberikan kita rahmatnya, karenanya kita dapat membuat dan mengoreksi tugas ke-Delapan mata kuliah islam ini. Yaitu Manusia Sebagai Makhluk Siayah.

yang dimaksud dengan siyasah ialah mengatur segenap urusan ummat, maka islam sangat menekankan pentingnya siyasah. Bahkan, islam sangat mencela orang-orang yang tidak mau tahu terhadap urusan ummat. akan tetapi jika siyasah diartikan sebagai orientasi kekuasaan, maka sesungguhnya islam memandang kekuasaan hanya sebagai sarana menyempurnakan pengabdian kepada Allah. Tetapi, islam juga tidak pernah melepaskan diri dari masalah kekuasaan.

Tujuan Siyasah dalam Islam :
Islam memandang kehidupan dunia sebagai ladang bagi kehidupan akhirat. Kehidupan dunia harus diatur seapik mungkin sehingga manusia bisa mengabdi kepada Allah secara lebih sempurna. Tata kehidupan di dunia tersebut harus senantiasa tegak diatas aturan-aturan din. Konsep ini sering dianggap mewakili tujuan siyasah dalam Islam : iqamatud din (hirasatud din) wa siyasatud dunya (menegakkan din dan mengatur urusan dunia).

Islam dan Kekuasaan
Orientasi utama kita terkait dengan masalah kekuasaan ialah menegaknya hukum-hukum Allah di muka bumi. Ini menunjukkan bahwa kekuasaan tertinggi ialah kekuasaan Allah. Sementara, manusia pada dasarnya sama sekali tidak memiliki kekuasaan. Bahkan Islam menentang adanya penguasaan mutlak seorang manusia atas manusia yang lain, karena yang demikian ini bertentangan dengan doktrin Laa ilaha illallah yang telah membebaskan manusia dari segenap thaghut (tiran). Sehingga, kekuasaan manusia yang menentang hukum-hukum Allah adalah tidak sah.

Kekuasaan dan politik dalam Islam di dalam Al-Qur'an sudah disebutkan; "Sesungguhnya Allah memerintahkan kamu menunaikan amanat kepada yang berhak menerimanya dan (memerintahkan kebijaksanaan) di antara kamu supaya menetapkannya dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepada kamu. Sesungguhnya Allah mendengar lagi maha melihat. Wahai orang-orang yang beriman taatilah Allah, taatilah rasul, dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berselisih tentang suatu, maka kembalikan kepada Allah (Al-Qur'an) dan rasul (Sunnah) jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) lagi lebih baik akibatnya" (QS. An-Nisa : 58-59).

Dari kedua ayat tersebut tentunya kita harus pahami lebih, dinilai oleh para ulama' sebagai prinsip-prinsip pokok yang menghipun ajaran islam tentng kekuasaan dalam pengertian tanggung jawab terhadap amanahnya serta kekuasaan AllahSWT. Hal ini menandakan bahwa semua aspek kehidupan manusia telah diatur oleh Allah SWT melalui konstitusi yang ada di dalam Al-Qur'an, ini menendakan adanya syumuliatul Islam. Amanat dimaksudkan berkaitan dengan banyak hal, salah satu diantaranya adalah perlakuan adil. Keadilan yang di tuntut ini bukan hanya terhadap kelompok, golongan, atau kaum muslim saja, tetapi mencakup seluruh manusia bahkan seluruh makhluk.

Perlu diketashui bahwasnya agama yang Rahmatal lilalamin Islam dan politik memiliki hubungan yang sangat erat, yang mana islam bukan hanya sekedar agama yang hanya memiliki prosesi-prosesi ritual dan ajaran kasih sayang, bukan hanya mementingkan aspek lega formal tanpa menghiraukan aspek-aspek moral. Yang mana  dalam hal ini politik berfungsi sebagai salah satu sendi kehidupan yang juga di atur oleh islam. Akan tetapi, islam tidak terpaku pada urusan politik saja. Karena agama yang sempurna dan telah disempurkan oleh Allah SWT.

sebagai penutup saya akan menyampaikan banyak terimakasih bagi siapapun yang membaca artikel tugas saya ini, dan saya akan sangat bersyukur jika ada salah-satu dari anda yang akan mengoreksi "jika" dalam artikel tugas ini terdapat suatu yang salah... Semoga Artikel tugas ini membantu saya dan yang membaca mendapatkan apa yang kita inginkan dengan ridho' Allah swt. Akhir kata Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Artikel ini dikutip dari :
https://fajargrinanda.blogspot.com/2018/06/manusia-sebagai-mahluk-siyasah-resum-12.html
http://syaifullah20.blogspot.com/2018/11/manusia-sebagai-makhluk-siyasah-tugas-8_22.html

  Assalamualaikum Warahmatulahi Wabarakatuh, Puji syukur kepada tuhan kita Allah yang maha esa dengan segala keagungannya yang memberikan kita rahmatnya, karenanya kita dapat membuat dan mengoreksi tugas ke-tujuh mata kuliah islam ini. Yaitu Mawaris atau Faraid.


Kata mawaris berasal dari kata waris atau Al-miirats, waritsa yang berarti berpindahnya sesuatu yakni harta yang berupa materi dari seseorang yang disebut sebagai pewaris kepada orang lain yang disebut sebagai ahli waris. Ilmu yang mempelajari hal-hal yang menyangkut waris disebut dengan ilmu mawaris atau dikenal juga dengan istilah fara’id

Dasar-dasar hukum Mawaris sendiri sudah banyak disebutkan di dalam kitab suci Al-qur'an dan  Hadist Rasulullah SAW. Diantaranya Firman Allah SWT. pada Qs. An-Nisa' ayat 7 yang artinya " Bagi orang laki-laki ada hak bagian dar harta peninggalan ibu-bapak dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bagian yang telah ditetapkan. " dan masih banyak lagi yang terdapat di Al-qur'an.
Adapun rukun dan syarat yang harus ada dalam ilmu mawaris ada 3 hal utama yaitu:
1. Al-Muwaris (pewaris)
Orang yang memiliki harta warisan yang telah meninggal dunia dan mewariskannya kepada ahli warisnya. Syaratnya adalah al-muwaris benar-benar telah dinyatakan meninggal baik secara hukum maupun medis.
2. Al-Waris (Ahli Waris)
Al waris atau ahli waris adalah orang yang dinyatakan memiliki hubungan nasab atau kekerabatan yang merupakan hubungan darah, hubungan akibat perkawinan, atau akibat memerdekakan budak atau hamba sahayanya. Syarat, ahli waris adalah ia dalam keadaan hidup pada saat al-muwaris Atau orang yang memiliki harta waris meninggal dunia.
Termasuk dalam hal ini adalah bayi yang masih berada dalam kandungan meskipun ia masih menyerupai janin dan ia terkait nasab dengan al mawaris. Baik pria dan wanita memiliki hak untuk memperoleh harta warisan.

3. Tirkah
Tirkah adalah harta atau hak yang berpindah dari al muwaris atau pewaris kepada ahli warisnya. Harta tersebut dapat dikatakan tirkah apabila harta peninggalan almuwaris yang  telah dikurangi biaya perawatan, pengurusan jenazah, hutang dan wasiat yang sesuai syariat agama islam untuk selanjutnya diberikan kepada ahli Dari pengertian tersebut maka dapat diketahui perbedaan harta peninggalan dengan harta warisan. Harta peninggalan adalah semua materi yang ditinggalkan oleh pewaris yang telah meninggal dunia secara keseluruhan sedangkan harta waris atau tirkah adalah harta peninggalan yang sesuai syara berhak diberikan kepada ahli waris setelah dikurangi hak orang lain di dalamnya.
Sebab-Sebab Memperoleh Warisan
Adapun hal hal yang menyebabkan seseorang mendapatkan warisan disebutkan dalam tiga perkara berikut ini
1. Adanya hubungan kekerabatan atau hubungan nasab
Kekerabatan artinya hubungan nasab antara orang yang Memberi warisan atau almuwaris dengan orang yang diwarisi dan hal ini disebabkan oleh kelahiran atau hubungan darah. Kekerabatan atau hubungan darah adalah sebab yang paling utama dalam menerima warisan karena hubungan darah tidak dapat dihilangkan. Allah swt berfirman dalam Qur’an Surat Al Anfal
“Orang-orang yang mempunyai hubungan Kerabat itu sebagiannya lebih berhak terhadap sesamanya (daripada yang bukan kerabat) di dalam kitab Allah. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-Anfal: 75)
2. Adanya hubungan pernikahan
Hubungan pernikahan dalam hal ini adalah sebab mendapatkan warisan dan hal ini terjadi setelah akad nikah yang sah  dilakukan dan terjadi hubungan antara suami istri meskipun belum terjadi persetubuhan Adapun suami istri yang melakukan pernikahan tidak sah tidak menyebabkan adanya hak waris
3. Karena wala’
Wala’ adalah sebab memperoleh warisan akibat jasa seseorang yang telah memerdekakan seorang hamba dikemudian hari budak atau hamba sahaya tersebut menjadi kaya. Jika bekas hamba atau budak tersebut yang dimerdekakan meninggal dunia, maka orang yang memerdekakannya berhak mendapatkan warisan.
Ilmu mawaris penting dipelajari bagi umat islam agar harta warisan dapat diberikan sesuai ketentuan kepada yang berhak dan dimanfaatkan untuk hal-hal yang bermanfaat
sebagai penutup saya akan menyampaikan banyak terimakasih bagi siapapun yang membaca artikel tugas saya ini, dan saya akan sangat bersyukur jika ada salah-satu dari anda yang akan mengoreksi "jika" dalam artikel tugas ini terdapat suatu yang salah... Semoga Artikel tugas ini membantu saya dan yang membaca mendapatkan apa yang kita inginkan dengan ridho' Allah swt. Akhir kata Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. 


Artikel ini dikutip dari sumber di bawah ini :
https://dalamislam.com/dasar-islam/mawaris-dalam-islam

Rabu, 17 Oktober 2018

     Assalamualaikum Warahmatulahi Wabarakatuh, Puji syukur kepada tuhan kita Allah yang maha esa dengan segala keagungannya yang memberikan kita rahmatnya, karenanya kita dapat membuat dan mengoreksi tugas ke-enam mata kuliah islam ini. Yaitu Manusia sebagai makhluk sosial.



    Manusia sebagai makhluk sosial artinya manusia membutuhkan orang lain dan lingkungan sosialnya sebagai sarana untuk bersosialisasi. Bersosialisasi disini berarti membutuhkan lingkungan sosial sebagai salah satu habitatnya maksudnya tiap manusia saling membutuhkan satu sama lainnya untuk bersosialisasi dan berinteraksi.  Manusia pun berlaku sebagai makhluk sosial yang saling berhubungan dan keterkaitannya dengan lingkungan dan tempat tinggalnya.Manusia bertindak sosial dengan cara memanfaatkan alam dan lingkungan untuk menyempurnakan serta meningkatkan kesejahteraan hidupnya demi kelangsungan hidup sejenisnya. Namun potensi yang ada dalam diri manusia itu hanya mungkin berkembang bila ia hidup dan belajar di tengah-tengah manusia. Untuk bisa berjalan saja manusia harus belajar dari manusia lainnya.

           Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak. Dengan bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau bicara, dan bisa mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya.

Dapat disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karena beberapa alasan, yaitu:
1. Manusia tunduk pada aturan, norma sosial.
2. Perilaku manusia mengharapkan suatu penilaian dari orang lain.
3. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain
4. Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia.

          Telah berabad-abad konsep manusia sebagai makhluk sosial itu ada yang menitikberatkan pada pengaruh masyarakat yang berkuasa kepada individu. Dimana memiliki unsur-unsur keharusan biologis, yang terdiri dari:
1. Dorongan untuk makan.
2. Dorongan untuk mempertahankan diri.
3. Dorongan untuk melangsungkan jenis.

          Dari tahapan diatas menggambarkan bagaimana individu dalam perkembangannya sebagai seorang makhluk sosial dimana antar individu merupakan satu komponen yang saling ketergantungan dan membutuhkan. Sehingga komunikasi antar masyarakat ditentukan oleh peran oleh manusia sebagai makhluk sosial.
Dalam perkembangannya manusia juga mempunyai kecenderungan sosial untuk meniru dalam arti membentuk diri dengan melihat kehidupan masyarakat yang terdiri dari:
1.         penerimaan bentuk-bentuk kebudayaan, dimana manusia menerima bentuk-bentuk pembaharuan yang berasal dari luar sehingga dalam diri manusia terbentuk sebuah pengetahuan.
2.         penghematan tenaga dimana ini merupakan tindakan meniru untuk tidak terlalu menggunakan banyak tenaga dari manusia sehingga kinerja manusia dalam masyarakat bisa berjalan secara efektif dan efisien.

Manusia diciptakan Allah dari al-Alaq. Dari segi pengertian kebahasaan, kata ‘alaqantara lain berarti sesuatu yang tergantung. Memang, salah satu periode dalam kejadian manusia saat berada dalam rahim ibu adalah ketergantungan hasil pertemuan sperma dan ovum yang membelah dan bergerak menuju dinding rahim lalu bergantung atau berdempet dengannya. Yang berdempet itu dinamai zigote oleh pakar-pakar embriologi. 

Kata ‘Alaq dapat juga berarti ketergantungan manusia kepada pihak lain. Ia tidak dapat hidup sendiri. Kehendak dan usaha manusia hanyalah sebagian dari sebab-sebab guna memperoleh apa yang di dambakan, sedang sebagian lainnya yang tidak terhitung banyaknya berada di luar kemampuan manusia. Apa yang didambakan itu tidak dapat tercapai kecuali jika sebab-sebab yang lain itu terpenuhi semuanya dan bergabung dengan sebab-sebab yang berada dalam jangkauan upaya manusia. 

Yang dapat mewujudkan sebab-sebab lain itu dan yang kuasa menggabungkannya hanyalah Allah SWT. Dialah Penyebab dari segala sebab. Ini merupakan keniscayaan dan keterpaksaan yang tidak dapat dielakkan setiap makhluk. 

Namun, selain ditentukan oleh Allah, perjalanan manusia juga sering dipengaruhi oleh orang lain. Bahkan sudah menjadi kebutuhan setiap orang dalam memperoleh bantuan pihak lain. Apa pasal? Karena kebutuhan setiap orang sesungguhnya lebih banyak daripada potensi dan waktu yang tersedia untuknya. 

Si kaya, misalnya, membutuhkan kekuatan fisik, atau keterampilan, yang dimiliki si miskin. Pun sebaliknya, si miskin membutuhkan uang atau pekerjaan dari si kaya.

Dengan adanya saling butuh itu, maka manusia suka atau tidak suka, tidak dapat mengelak dari kerja sama. Semakin banyak kebutuhan manusia, semakin sedikit pula kemampuan untuk memenuhinya dan kita kian tidak bisa mengelak dari kebutuhan pada tangan atau bantuan orang lain. Maka tidak heran, seiring kian tingginya kebutuhan, semakin seseorang tergantung kepada selainnya. Demikian pula sebaliknya. 

Jadi, jangan pernah menduga ada manusia yang dapat mengelak dari keniscayaan, kebutuhan dan ketergantungan itu — baik kepada Allah maupun kepada sesama manusia.

“Hai manusia, kamulah yang amat butuh kepada Allah; dan Allah Dialah yang Maha Kaya (tidak membutuhkan sesuatu) lagi Maha terpuji” (QS. Fathir ayat 150).

Semua kita berada di bawah kendali dan kuasa Allah. Dengan kuasanya-Nya itulah kita membutuhkan-Nya serta tidak dapat mengelak dari kedudukan sebagai makhluk sosial.

Berkenan dengan hal itu, Bashar Ibnu Burd, seorang penyair Arab yang bijaksana, pernah menggubah sebuah syair berikut: “Aku disciptakan sebagaimana adanya, tidak diberi pilihan. Seandainya aku diberi, dan aku diberi yang tak kuinginkan, sungguh dangkal pengetahuanku tentang yang gaib.”

Allah sendiri, sebagai pencipta manusia sebagai makhluk sosial itu, menyeru mereka semua dengan firman-Nya: “Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah yang paling bertakwa dia antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui Lagi Maha Mengenal” (QS. al-Hujurat ayat: 13).

Semakin kuat pengenalan satu pihak kepada selainnya, semakin terbuka peluang untuk saling memberi manfaat. Karena itu, ayat di atas menekankan perlunya saling mengenal. Perkenalan itu dibutuhkan untuk saling menarik pelajaran dan pengalaman pihak lain, guna meningkatkan ketakwaan kepada Allah swt. yang dampaknya tercermin pada kedamaian dan kesejahteraan hidup duniawi dan kebahagiaan ukhrawi
“Manusia Sebagai Makhluk Sosial Menurut Islam”

Dalam hal pergaulan hidup bermasyarakat, Islam  banyak sekali memberikan petunjuk, tuntunan, bimbingan dalam menciptakan suasana kehidupan yang aman, tentram, bahagia, damai dan sejahtera. Untuk ini antara lain Islam melarang adanya perbuatan-perbuatan yang dapat mendatangkan kerugian baik bagi dirinya sendiri, lebih-lebih bagi kerugian orang lain.

Sabda Nabi Muhammad saw . :

Artinya : Tidak boleh mendatangkan kerugian (bagi yang lain) dan tidak boleh membuat kerugian (bagi dirinya sendiri). (HR. Ibnu Majah).

Pada dasarnya, kewajiban manusia sebagai makhluk sosial adalah sebagai berikut :

1. Menghilangkan gangguan-gangguan pada diri sendiri.

Setiap individu manusia hendaknya selalu berusaha agar tidak suka untuk melakukan fitnah, berdusta, menghinakan dan merendahkan oranglain. Selain itu, harus berusaha agar jangan sampai berbuat yang merugikan orang lain. Suatu contoh misalnya : merusak tanaman, membunuh atau melukai binatang peliharaan tanpa alasan dan sebab, mengambil barang milik orang lain dengan jalan yang tidak sah dan benar

2. Berlaku baik terhadap orang lain.

Setiap orang islam harus berusaha agar dapat berbuat baik pada orang lain, sekalipun orang itu buruk perangai atau sikapnya.

Dalam dalil hadits Nabi dijelaskan :

انّ من شرالنّاس من بتركه النّاس اتقاء فحشه. رواه بخارى ومسلم

Artinya : Sesungguhnya di atara seburuk-buruk manusia ialah orang yang ditinggalkan orang lain karena kejahatannya, (HR. Bukhari-Muslim)

Islam mengajarkan perihal pencapaian kesejahteraan dan perdamaian dalam hidup bermasyarakat baik antara perorangan maupun secara berkelompok. Oleh sebab itu orang Islam harus mampu menjadi pelopor dalam pembinaan perdamaian yang menuju ketentraman bagi masyarakat.

Dalam hadits Nabi diriwayatkan :

Artinya : hindarilah prasangka, karena prasangka itu adalah berita yang paling bohong. Jangan saling mencari keburukan-keburukan orang, jangan suka mengorek-korek rahasia orang lain, jangan saling menyaingi, dan jangan saling membenci, dan jangan saling marah dan jangan saling acuh tak acuh, Jadilah kamu semua sebagai hamba Allah yang bersaudara. (HR. Bukhari-Muslim)
Kemudian pada akhir dari hadits ini, dijelaskan :


انّ الله لاينظر الى صوركم واموالكم ولكن ينظر الى قلوبكم واعمالكم . رواه بخارى ومسلم

Artinya : Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa dan hartamu. Tetapi Allah melihat pada hati dan amalmu.

Dari keterangan hadits di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa, ketentraman hidup bermasyarakat itu didorong oleh hati yang baik dan amal yang baik pula. Maka dalam hal ini yang dipandang oleh Allah bukanlah dari segi rupa atau harta dan wajah, tetapi yang dipandang dan diperhitungkan adalah justru hati dan amaliahnya.

Peran yang hendaknya dilakukan seorang khalifah atau manusia sebagaimana yang telah ditetapkan Allah, diantaranya adalah :

1.  Belajar (surat An naml : 15-16 dan Al Mukmin :54) ; Belajar yang dinyatakan pada ayat pertama surat al Alaq adalah mempelajari ilmu Allah yaitu Al Qur’an.

2.  Mengajarkan ilmu (al Baqoroh : 31-39)

3.  Membudayakan ilmu (al Mukmin : 35 ) ; Ilmu yang telah diketahui bukan hanya untuk disampaikan kepada orang lain melainkan dipergunakan untuk dirinya sendiri dahulu agar membudaya. Seperti apa yang telah dicontohkan oleh Nabi SAW.

Tujuan Hidup Manusia Menurut Islam

Hidup menurut konsep islam bukan hanya kehidupan duniawi semata, tetapi berkelanjutan sampai pada kehidupan ukhrowi (alam akherta).  Dan apa yang kita lakukan selama di dunia, maka itulah yang akan kita petik di akherat nanti.

Hidup di dunia ini merupakan terminal dari perjalanan kehidupan manusia yang panjang, mulai dari alam arwah, alam arham, alam dunia, alam barzakh dan berakhir di alam akherat. Dan untuk bisa berakhir dengan happy ending salah satunya adalah dengan mendapat ridho dari Allah SWT. Dan inilah yang menjadi tujuan hidup manusia yaitu mencari ridho Allah SWT. yang direalisasikan dalam bentuk perjuangan menjalankan tugas dan fungsi gandanya tersebut.

sebagai penutup saya akan menyampaikan banyak trimakasih bagi siapapun yang membaca artikel tugas saya ini, dan saya akan sangat bersyukur jika ada salah-satu dari anda yang akan mengoreksi "jika" dalam artikel tugas ini terdapat suatu yang salah... Semoga Artikel tugas ini membantu saya dan yang membaca mendapatkan apa yang kita inginkan dengan ridho' Allah swt. Akhir kata Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. 


Artikel ini dikutip dari sumber di bawah ini :
1. https://tirto.id/ajaran-islam-tentang-manusia-sebagai-makhluk-sosial-cpKp
2. https://panghegar007.blogspot.com/2016/01/manusia-sebagai-makhluk-sosial-menurut.html?m=1
Diberdayakan oleh Blogger.

Halaman

Pages

Popular Posts

Blog Archive